Selasa, 04 Juni 2013

FAUZAN VS DAWAM

Nasehat Fauzan Al Anshori Untuk Dawam Rahardjo Tentang Definisi Jihad

SOLO (voa-islam.com) – Beberapa waktu lalu, Prof. Dr. M. Dawam Rahardjo menjelaskan bahwa definisi dan makna hakiki akan pengertian Jihad adalah melawan diri sendiri. Meskipun Rasulullah saw juga mengakui bahwa salah satu arti lain dari Jihad juga bermakna perang, namun menurut Dawam hal tersebut merupakan Jihadul Ashghor atau Jihad kecil.
Sedangkan Jihadul Akbar atau Jihad besar, menurut Dawam adalah melawan diri sendiri atau hawa nafsu, melawan kedzaliman, melawan kesewenang-wenangan dan lain sebagainya. Hal itu disampaikannya saat menjadi Keynote Speech dalam Seminar Nasional dan Bedah Buku bertajuk “Reinterpretasi Konsep Jihad” yang bertempat di Graha IAIN Surakarta, pada Kamis (30/5/2013).
Perkataan tersebut disandarkan Dawam pada sebuah hadits yang menyebutkan bahwa "Suatu saat, ketika nabi pulang beserta para sahabatnya dari sebuah peperangan, beliau bersabda kepada para sahabat : “Sesungguhnya kalian pulang dari jihad kecil (perang Badar) menuju jihad besar”. Para sahabat bertanya : Ya Rasulullah, apakah jihad yang besar itu?’ Beliau menjawab : jihad nafs (jihad melawan hawa nafsu).”
...Jadi apa yang Prof bilang tadi itu laa aslalah, tidak ada asalnya perkataan itu. Bahkan ada yang mengatakan hadits itu hadits mungkar...
Terkait pernyataan dari Dawam Rahardjo tentang pengertian Jihad yang disampaikan kepada audiens yang hadir, salah satu pemateri dalam seminar dan bedah buku tersebut, Drs. H. Fauzan Al-Anshori, M.M memberikan nasehat yang tulus. Dirinya meminta Dawam untuk berkata dan bersikap jujur.
Selain itu, Ustadz Fauzan mengatakan bahwa sebaiknya Dawam Rahardjo meneliti dan menelaah terlebih dahulu hadits tersebut. Menurut Ustadz Fauzan, didalam buku “Antara Jihad dan Terorisme” karya tokoh Salafi, Dzulqornain M Sunusi yang juga dibedah waktu itu sudah dijelaskan dengan gamblang status hadits tersebut.
Rojakna minal-Jihad ashghor ilal-jihad akbar, jihad bin-nafs. Jadi orang tua saya juga, Prof Dawam Rahardjo tadi kan bilang begitu. Jadi harus diteliti juga Prof hadits itu tadi, karena apa yang tadi disampaikan itu ada dibuku ini (buku yang dibedah dalam acara tersebut -red),” kata Fauzan.
...Atau dibalik cara berfikirnya. Kalau jihad melawan hawa nafsu itu lebih besar daripada jihad perang, kalau begitu berjihad yang kecil dulu, jadi perang dulu gitu. Baru nanti setelah perang baru ngomong, kita baru pulang dari jihad kecil....
Ustadz Fauzan menjelaskan bahwa hadits tersebut TIDAK ADA ASALNYA! Hadist dengan lafazh itu tidak ada asalnya didalam kitab-kitab hadist. Semuanya melalui jalur Yahya bin Ya’la dari Laits dari Atho’ dari Jabir. Sanad ini lemah, sebab Yahya bin Ya’la dan Laits adalah dua rowi yang lemah haditsnya.
“Jadi apa yang Prof bilang tadi itu laa aslalah, tidak ada asalnya perkataan itu. Bahkan ada yang mengatakan hadits itu hadits mungkar,” tegas Direktur Pusat Kajian Syariah dan Politik Jakarta ini.
...Jadi kalau belum perang, jangan jihad yang besar dulu dech, ini kalau kita menggunakan cara berfikir tadi dan mengikuti cara Nabi. Nabi kan jihad perang dulu...
Pria yang juga pimpinan pondok pesantren Anshorullah ini berpesan kepada para peserta baik dari mahasiswa dan para dosen IAIN Solo yang hadir untuk menggunakan logikanya yang jernih. Jika mereka mengaku kalangan intelektual, hendaknya konsekuen dengan perkataan Dawam dan mengikuti sunah Rasulullah saw tersebut.
“Okey begini dech, kalau berperang yang taruhannya itu mati dikatakan jihad kecil, sedangkan melawan hawa nafsu itu disebut jihad besar, itu gak masuk akal,” ujarnya.
“Atau dibalik cara berfikirnya. Kalau jihad melawan hawa nafsu itu lebih besar daripada jihad perang, kalau begitu berjihad yang kecil dulu, jadi perang dulu gitu. Baru nanti setelah perang baru ngomong, kita baru pulang dari jihad kecil. Jadi kalau belum perang, jangan jihad yang besar dulu dech, ini kalau kita menggunakan cara berfikir tadi dan mengikuti cara Nabi. Nabi kan jihad perang dulu,” tandasnya. [Khalid Khalifah]

JIHAD VS TERORISME




Teror Masih Berlanjut Karena Penguasa Tak Faham Soal Jihad & Terorisme
SOLO (voa-islam.com) – Sampai hari ini, aksi “teror” dan “terorisme” yang masih berlangsung selalu di tuduhkan dan dikambinghitamkan kepada umat Islam. Pemerintah, baik di Indonesia maupun diluar Indonesia menganggap bahwa akar dari aksi “radikal” tersebut lantaran adanya konsep jihad yang dianggap keliru.
Menurut Drs. H. Fauzan Al-Anshori, M.M, jika pemerintah masih berpandangan sempit dengan menganggap aksi teror dengan amaliyah jihad yang sangat mulia sebagai pemicunya merupakan suatu kesalahan.
Sebab, aksi teror yang identik dengan peledakan bom, kata Fauzan tidak selamanya dilakukan oleh para mujahid yang kemudian dituduh orang-orang kafir dengan sebutan teroris. Ada beberapa yang memang dilakukan oleh para mujahid, namun tidak sedikit peristiwa teror yang ada di Indonesia juga dilakukan oleh intelegen.
...Saya rasa tidak fair jika aksi teror dialamatkan semua kepada para mujahid. Sebab, banyak aksi teror di Indonesia juga dilakukan dan ditunggangi intelegen...
“Saya rasa tidak fair jika aksi teror dialamatkan semua kepada para mujahid. Sebab, banyak aksi teror di Indonesia juga dilakukan dan ditunggangi intelegen. Contohnya, pelemparan bom di Pamulang, rumah ustadz Abu Jibril, itu siapa yang melakukan? Sampai sekarang kok gak ketangkap pelakunya,” katanya saat mengisi seminar nasional di Graha IAIN Surakarta, pada Kamis (30/5/2013).
Untuk itu, Direktur Pusat Kajian Syariah dan Politik Jakarta mendesak pemerintah, dalam hal ini kepolisian harus jujur dalam mengungkap berbagai macam kasus terorisme yang selalu meninggalkan tanda tanya besar. Jangan sampai apa yang diucapkan kepolisian hanya sebuah pesanan dan sebuah ucapan palsu untuk mengelabui rakyat.
...Kemudian kita mengatakan jihad itu ini, padahal tidak, itu namanya palsu. Kalau ada orang tidak mengetahui definisi dan hakikat tentang sesuatu itu nantinya akan kacau...
“Kalau kita bersaksi itu harus mengetahui apa yang kita dipersaksikan. Kalau kita bersaksi tidak tau apa yang kita persaksikan itu namanya saksi palsu, dan saksi palsu ini hukumannya berat. Kita bersyahadat tapi tidak tau makna syahadat, itu namanya syahadat palsu,” terangnya.
Dirinya juga menghimbau kepada semua pihak yang tidak tau menau tentang apa itu jihad untuk diam saja. Hal itu menurut Fauzan lebih baik, daripada berbicara namun salah kaprah dan membuat situasi menjadi kacau.
“Kemudian kita mengatakan jihad itu ini, padahal tidak, itu namanya palsu. Karena itu apa, hakikat sesuatu itu menjadi syarat utama dalam hukum pidana Islam sebelum orang ini memvonis. Kalau ada orang tidak mengetahui definisi dan hakikat tentang sesuatu itu nantinya akan kacau,” jelasnya.
...Sama halnya dengan terorisme. Kalau pembuat undang-undang terorisme itu tidak tau definisi dan batasan-batasannya, maka jadinya abuse of power (penyalahgunaan kekuasaan -red)...
Terkait dengan penanganan terorisme yang hanya menyasar kepada umat Islam saja, Fauzan menyatakan hal itu karena pembuat UUD Tindak Pidana terorisme tidak faham akan definisi terorisme. Sehingga, hal tersebut akan mudah digunakan untuk menjelekkan nilai-nilai Islam seperti Jihad, Daulah, Khilafah, Fai’ dan sebagainya.
“Sama halnya dengan terorisme. Kalau pembuat undang-undang terorisme itu tidak tau definisi dan batasan-batasannya, maka jadinya abuse of power (penyalahgunaan kekuasaan -red). Dan ini diakui sendiri oleh Ansyad Mbai. Saat ditanya apa batasan terorisme, dia bilang tidak tau,” tandasnya. [Khalid Khalifah]